MENGENAL BATIK PEDALAMAN
Batik Pedalaman
A. Pengertian Batik
Batik berasal dari kata “tik” yang diberi imbuhan kata kerja “mBa” yang dapat diartikan membuat titik.
Batik merupakan kain yang dilukis dengan teknik rintang warna lilin panas menggunakan canting, baik canting tulis maupun canting cap
B. Pengertian Batik Pedalaman
Batik Pedalaman dikenal juga dengan istilah Batik Keraton karena penciptaan dan penggunaannya berada di lingkungan keraton.
Setelah populer di kalangan keraton (Yogyakarta, Surakarta dan Cirebon), popularitas batik meluas hingga ke masyarakat luas. Di antaranya di kalangan pedagang dan petani, maka timbul istilah ‘batik saudagar’ dan ‘batik petani’.
Motif batik ini memiliki nilai-nilai yang sakral. Beberapa motif batik keraton tidak diperkenankan digunakan oleh rakyat biasa. Misalnya motif parang, garuda
Mengenakan batik pedalam juga perlu memperhatikan situasi tertentu karena nilai-nilai spiritual yang terkandung pada motif tersebut. Motif batik biasanya menyiratkan harapan dari pemakai hal ini disebut juga dengan makna simbolis dari batik pedalaman.
C. Asal Usul Batik Pedalaman
Batik berasal dari kata “tik” yang Dalam masyarakat tradisional Jawa pedalaman di wilayah keraton, prinsip mengenai kharismatik sebagai bentuk kekuasaan berpangkal pada konsep kesakralan. Hal ini menngacu pada kekuasaan seorang Raja sebagai pimpinan absolut, sehingga rakyat berkonsekuensi selalu tunduk dan patuh terhadap segala peraturan, norma, dan larangan yang ditentukan Raja. Apabila kesaktian seorang raja semakin tinggi, maka keadaan akan semakin tenang dan sejahtera. Sebaliknya, apabila gejala alam tidak bersahabat, banyak bencana, dan kondisinya tidak aman dan tenteram, maka dapat diartikan sebagai kemunduran kesaktian seorang Raja sebagai penguasa, yang berarti pula kemampuannya surut.
Dari penjelasan tersebut, maka pengertian mengenai latar belakang konsep budaya dan kepercayaan dalam masyarakat Jawa pedalaman tentu ikut berkontribusi dan memiliki andil dalam mempengaruhi keberadaan seni batik sebagai salah satu produk budaya yang dihasilkan. Konsep dalam masyarakat itu, mempengaruhi semua visualisasi karya seni, khususnya seni ornamen pada batik pedalaman atau batik keraton termasuk dalam aspek visualisasi unsur-unsur ragam hias yang termuat, maupun makna yang terkandung di dalamnya. Ragam hias batik klasik, contohnya motif semen, mayoritas mengacu pada ragam hias yang berunsur dasar alam.
Visualisasinya dalam bentuk stilisasi memiliki nilai luhur, yang meliputi kehidupan di udara, kehidupan di darat, dan kehidupan di air (alam atas (niskala), alam tengah (niskalasakala), dan alam bawah (sakala)).
sumber: Amin, H.M. Darori, 2002, Islam & Kebudayaan Jawa, Gama Media, Yogyakarta. Hlm. 77-78
Suyanto, A.N., 2002, “Makna Simbolis Motif-motif Batik Busana Pengantin Jawa,” Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. hlm. 31
D. Ciri-Ciri Batik Pedalaman
- Menggunakan rintang warna lilin panas
- Dikerjakan dengan canting tulis, teknik cap dan
kombinasi teknik tulis dan cap. - Bentuk produknya kain panjang, yang disebut jarik.
- Ragam hiasnya mengandung makna filosofis simbolik.
- Memiliki nilai estetik dan ekspresi seni
- Digunakan untuk upacara atau ritual tertentu
- Warna yang digunakan wedelan (biru tua/indigo
blue), coklat soga, dan putih (cream). - Pewarna batik ini dihasilkan dari pewarna alam seperti
tarum, soga, kulit mengkudu, dll. Namun saat ini juga sudah berkembang menggunakan pewarna sintetis agar warna lebih tajam dan tahan lama.
Herusatoto, Budiono, 2003, Simbolisme dalam Budaya Jawa, Hanindita Graha Widya, Yogyakarta.
Kartiwa, Suwati, 1987, Tenun Ikat: Indonesia Ikats, Jakarta: Djambatan.
Soedarsono, R.M., 1997, Wayang Wong: Drama Tari Ritual Kenegaraan di Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sunaryo, Aryo, 2009. Ornamen Nusantara kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia, Semarang: Dahara Prize. Susanto, 1980, Susanto, 1984, Seni dan Teknologi Kerajinan Batik, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Susanto, 1980, Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri Departemen Perindustrian RI.
No comments: