CONTOH POLA ESTETIKA
Berikut ini merupakan cara mendeskripsikan benda-benda seni menggunakan pola-pola estetika, baik itu pola 2, pola 3, pola 4, pola 5 beserta contoh gambar.
- ESTETIKA POLA 2
beberapa contoh karya seni yang diseskripsikan menggunakan estetika pola 2
- ESTETIKA POLA 2 PADA SENJATA
Artefak TOTEM
- ESTETIKA POLA 2 PADA BANGUNAN
DEKORASI KERATON 1
Sengkalan Memet merupakan kronogram Jawa yang menunjukkan angka tahun dalam bentuk ornamen. Pada contoh sengkalan memet berbunyi dwi naga rasa tunggal. Sengkalan ini memiliki ornament yang saling bertolak belakang dengan wujud naga. Kedua naga ini merupakan simbol dari Sultan dan Rakyat yang memiliki kekuatan yang sama. Lilitan ekor di tengah menyimbolkan adanya kesatuan antara Raja dan Rakyat yang mengadopsi dari ajaran manunggaling kawula gusti.
DEKORASI KERATON 2
- ESTETIKA POLA 2 PADA ARCA
- ESTETIKA POLA 2 PADA ALAT TEKNOLOGI
Artefak ALAT KERJA LESUNG
- ESTETIKA POLA 2 PADA WASTRA
Artefak BATIK Batik Parang Rusak Barong
Merupakan salah satu batik pedalaman dengan susunan motif miring (diagonal). Motif ini pada dasarnya mengadopsi motif pilin ganda yang pada tiap ujungnya berbentuk melingkar dan panjang di bagian badan. Lingkaran merupakan simbol perempuan sedang bidang panjang merupakan simbol laki- laki. Laki-laki menyiratkan peperangan atau kejayaan sedang perempuan menyiratkan kehidupan dan kesuburan.
- ESTETIKA POLA 2 PADA PATUNG
Artefak ATRIBUT
Kain Poleng merupakan kain kotak- kotak hitam putih. Dua warna ini merupakan perwujudan dari konsep Rwa Bhineda dalam ajaran Hindu. Rwa Bhineda bermakna bahwa kehidupan tergantung pada keseimbangan antara dua unsur yang berlawanan. Penggunaan kain poleng pada patung dimaksudkan untuk melindungi kekuatan magis yang melingkupi patung tersebut.
- ESTETIKA POLA 3 PADA BANGUNAN
Atap Pendopo Rumah Joglo memiliki bentuk limas segi empat. Atap rumah ini memiliki estetika pola tiga, yang menyimbolkan tiga tataran dunia yang dalam ajaran Hindu/Jawa disebut Triloka. Tiga tataran dunia tersebut antara lain 1) sakala atau dunia bawah yaitu tempat manusia hidup dan bersifat wadag atau materiel dan terlihat, 2) sakala-niskala atau dunia tenga yaitu tempat makhluk astral bukan dewa hidup dan bersifat wadag-tan wadag, atau antara terlihat dan tidak terlihat, dan 3) niskala atau dunia atas yaitu tempat dewa atau Tuhan berada yang bersifat tan wadag atau tidak terlihat.
Candi Brorobudur merupakan bangunan ibadah umat Buddha. Candi ini memiliki tiga tingkatan,yaitu kamadhatu merupakan dunia bawah yang masih dipenuhi dengan nafsu, Rupadhatu merupakan dunia tengah yang sudah terlepas dari nafsu namun masih memiliki bentuk, dan arupadhatu merupakan dunia atas tempat tinggal para dewa dan brahma yang telah terlepas dari nafsu dan bentuk. Susunan ajaran ini dibaca dengan diawali dari panel relief di pintu timur ke searah jarum jam, dilanjutkan ke tingkat berikutnya, dan seterusnya.
Artefak KUIL
Padmasana merupakan sejenis kuil yang bentuknya seperti pilar dengan singgasana kosong berada paling atas. Kuil ini memiliki tiga tingkatan, dari paling bawah adalah bhur atau dunia setan, pada bagian tengah adalah bhuwah atau dunia manusia, dan paling atas adalah swah yaitu dunia dewa. Adapun singgasana yang diletakkan di ujung dikhususkan untuk Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, bangunan ini mengingatkan kepada para umat untuk selalu memberikan singgasana hidupnya untuk Tuhan, bukan untuk hal-hal keduniawian.
- ESTETIKA POLA 3 PADA BENDA SENI
Artefak ALAT MUSIK
Tifa merupakan alat musik tabuh yang terbuat dari batang kayu utuh yang bagian tengahnya dilubangi. Alat musik ini tebagi atas tiga bagian yang menyimbolkan konsep tataran dunia. Bagian bawah merupakan dunia kehidupan sekarang (Ow Capinmi), bagian tengah adalah dunia persinggahan bagi roh yang meninggal (Dampu ow Capinmi), dan surga (Safar). Pada mitologi Fumeripits, ketika alat ini ditabuh patung-patung buatannya berubah menjadi manusia dan menjadi asal-usul orang suku Asmat.
Pacul atau cangkul merupakan alat untuk menggali tanah. Cangkul pada dasarnya memiliki 2 bagian, yaitu bilah dan kayu. Namun, secara struktur simbolik memiliki 3 bagian, antara lain pacul, bawak, dan doran. 1) pacul (ngipatake sing muncul) artinya dalam hidup pasti ada godaan maka harus dibuang jauh-jauh. 2) bawak (obahing awak) artinya untuk membuang godaan itu dengan cara bekerja yang giat. 3) doran (ndedonga marang Pangeran) artinya ketika mengejar cita-cita, berusaha menyingkirkan godaan dan selalu bekerja giat maka tidak lupa harus berdoa dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
- ESTETIKA POLA 3 PADA WASTRA
Artefak SONGKET
Pucuak Rabuang merupakan salah satu songket dengan motif geometris tumpal. Dalam tradisi Bundo kanduang, agam merupakan simbol dari dunia bawah yang bertugan menjaga keamanan Tanah Datar dan Empat Puluh Kota. Empat Puluh Kota merupakan simbol dunia tengah yang menggunakan kekuasaan. Adapun Tanah Datar merupakan simbol dunia atas yang memegang mandate kekuasaan.
- ESTETIKA POLA 2 DAN POLA 3 PADA SENJATA
- ESTETIKA POLA 2 DAN POLA 3 PADA SATU ARTEFAK
Artefak WAYANG
Gunungan merupakan salah satu figur wayang kulit yang berasal dari stilasi bentuk gunung.
Bentuk figur ini dibuat simetris antara sisi kiri dan kanan yang melambangkan sifat profan-sakral atau duniawi-imanen. Hal ini dimaksudkan bahwa segala perbuatan manusia akan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan duniawi dan akhiratnya.
Estetika Pola 3
Bentuk figur ini memiliki 3 susunan yang menyimbolkan tataran dunia atau yang disebut triloka. Palemahan sebagai simbol sakala (dunia bawah) dimaksudkan bahwa dunia manusia penuh dengan sifat materialitas. Genukan dan lengkeh sebagai simbol sakala- niskala (dunia tengah) yang dimaksudkan dunia perantara manusia yang telah meninggal apakah diizinkan masuk ke surga atau tetap tinggal di dunia antara. Pucuk sebagai simbol niskala (dunia atas) yang dimaksudkan sebagai surga.
- ESTETIKA POLA 4
- ESTETIKA POLA 4 PADA BANGUNAN
POLA 4 PADA DEKORASI RUMAH ADAT TAROJA
Pa’Limbongan merupakan salah satu ukiran dinding rumah Tongkonan (Toraja). Tata susun motif ini berupa empat lingkaran yang masing-masing terletak pada empat sudut persegi. Lingkaran melambangkan sumber air (limbongan artinya danau) yang bermakna rejeki Adapun penempatan di empat sudut melambangkan penjuru (timur, selatan, barat, utara). Motif ini bermaksud agar anggota keluarga memiliki tekad untuk mencari rezeki dari segala penjuru.
Wuwungan merupakan dekorasi atap rumah joglo yang ditempatkan di bagian lipatan sambungan genteng. Wuwungan diduga memiliki fungsi penangkal petir pada zaman dahulu. Pada Wuwungan Kelir, terdapat 4 jenis wuwungan yang digunakan, yaitu lanangan, pengapit, bulusan, dan krecek. Tata susun wuwungan kelir dan genteng merupakan simbol dari system pemerintahan. Lanangan merupakan simbol dari Raha, pengapit dan bulusan yang tergabung sebagai kelir merupakan simbol dari Menteri, krecek simbol dari kepala daerah, sedang genteng merupakan simbol dari rakyat. Pada zaman dahulu, rumah Joglo hanya dimiliki oleh elit pemerintah setempat. Oleh sebab itu, dapat dipahami jika susunan atap rumah Joglo juga menyimbolkan tentang tata susun pemerintahan.
POLA 4 PADA CANDI
Artefak MAKARA
Makara atau Kala-Makara merupakan oranamen berupa raut muka raksasa yang menyeramkan yang biasanya ditempatkan ditengah bagian atas gapura. Biasanya jumlah makara akan mengikuti jumlah gerbang Candi. Namun demikian, terkadang makara juga ditempatkan di titik-titik tertentu yang dianggap sebagai “pintu”. Ornamen ini sebagai simbol penolak bala. Oleh sebab itu, oranamen ini diletakkan di tiap gerbang. Pada candi- candi besar biasanya memiliki empat pintu gerbang tapi pada candi-candi kecil hanya memiliki satu gerbang. Namun demikian, karena makara memiliki maksud menolak bala dari segala penjuru, maka ornament ini memiliki pola 4 yang dimaksudkan sebagai empat penjuru, yaitu utara, timur, selatan, dan barat.
POLA 4 PADA WASTRA
Artefak BATIK
Kawung Picis merupakan salah motif kawung yang dilihat dari empat bentuk elips yang saling menutup sehingga membentuk seperti uang. Zaman dahulu, picis merupakan uang receh senilai 10 sen. Bentuk kawung mengadaptasi dari buah aren atau kolang- kaling. Motif ini terdiri dari empat elips yang ujung- ujungnya saling betemu. Empat elips melambangkan makrokosmos dan mikrokosmos. Batik ini biasa digunakan oleh anggota keraton (punakawan, abdi dalem, sentana dalem) atau rakyat biasa. Hal ini dimaksudka bahwa sebagai manusia harus memahami hakekat hidup tentang makrokosmos dan mikrokosmos.
- ESTETIKA POLA 5
- ESTETIKA POLA 5 PADA CANDI
Mandala merupakan suatu pola geometris dengan komposisi jumlah penjuru tertentu dan satu titik pusat dan memiliki nilai spiritual dan metafisik yang digunakan sebagai meditasi. Kosep ini dipengaruhi oleh ajaran Hindu dan Buddha. Biasanya bangunan candi mengadaptasi konsep mandala sehingga tidak heran jika bentuk candi selalu dibuat simetris. Pada Candi Borobudur, mandala yang digunakan memiliki 5 elemen, 4 sisi terluar sebagai penjuru dan 1 sebagai titik pusat. 5 elemen ini menunjukkan sikap meditasi Buddha yang disebut sebagai mudra. Hal ini digunakan sebagai tuntunan para umat dalam mencapai kesempurnaan hidup.
- ESTETIKA POLA 5 PADA BENDA SENI
Artefak WAYANG
Kayon merupakan salah satu figur wayang kulit yang bentuknya berasal dari stilasi gunung berornamen pohon hayat. Dalam figur ini terdapat 5 ornamen yang menjadi salah satu syarat untuk membentuk figure kayon, yaitu ornament pohon hayat, banaspati, garuda, kolam, dan ular atau naga. Lima ornament ini merupakan simbol dari mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah dunia diri manusia atau disebut juga dengan jagat alit. Makrokosmos adalah dunia yang ditinggali oleh makhluk hidup atau disebut juga jagat ageng. Hal ini sesuai dengan fungsi kayon yang menandai batas- batas dunia pada pertunjukan wayang kulit. Apabila pertunjukkan wayang kulit adalah dunia, maka kayon berfungsi sebagai mengawali dunia, batasan dunia yang digunakan, dan mengakhiri dunia.
- ESTETIKA POLA 5 PADA TRANSPORTASI
Artefak KERETA KENCANA
Kereta Kencana merupakan pusaka berupa kereta kuda yang ditarik empat ekor kuda. Kereta kuda yang ditarik oleh empat ekor kuda merupakan simbol dari mikrokosmos. Empat ekor kuda merupakan empat nafsu manusia (luwamah, amarah, sufiah, dan mutmainah) yang menjadi badan jasmani kasar. Adapun kereta merupaka simbol dari ruh atau badan jasmani halus . Hal ini dimaksudkan sebagai bahwa badan jasmani kasar dan halus manusia merupakan alat transportasi manusia untuk melakukan mobilitas di dunia ini layaknya kereta kuda.
No comments: