ESTETIKA KLASIK BARAT:
TEORI PLATO;
SENI sebagai MIMESIS
Plato menempatkan seni (yang sekarang dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai suatu produk imitasi (mimesis). Karya imitasi (seni) tersebut harus memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat.
Aristoteles memandang estetika sebagai “the poetics” yang merupakan kontribusi terhadap teori sastra dari pada teori estetika. Sebenarnya secara prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama, yaitu membuat pendapat bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam.
Aristoteles juga mengebangkan teori teori “chatarsis” sebagai suatu serangan kembali terhadap pendapat plato. Chatarsis dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “katarsis” adalah penyucian segala emosi (takut, sedih, marah dll).
Pengertian seni sebagai imitasi
Rumusan “seni sebagai imitasi” atau art as imitation sebagaimana dideskripsikan oleh Whickiser (1957) mengandung pengertian “imitasi adalah identitas seni”
Sebelumnya kita pahami dulu imitasi itu apa?
Imitasi (dalam bahasa inggris) disebut dengan “imitation”, dalam bahasa indonesia “peniruan” yang berarti membuat bentuk baru yang sama dengan bentuk asal yang ditiru. Keberhasilan meniru diukur sejauh mana hasil peniruan mencapai kesaamaan.
untuk itu pengertian seni sebagai imitasi dapat dilihat berdasarkan fungsi imitasi dalam seni.
Di dunia seni tradisional imitasi yang merupakan peniruan dilakukan untuk pelestarian budaya dan pengembangan budaya. Proses ini merupakan sebuah kreasi tradisional. Namun, kreasi yang dilakukan tidak menyentuh hal yang paling esensial dalam seni tradisional. Yaitu standar seni yang ditetapkan oleh pakem.
Seni non tradisional, merupakan seni yang tidak terikat oleh pakem. Dalam hal ini imitasi mempunyai pengertian sendiri. Dimana dalam upaya peniruan seseorang seniman harus menerapkan teori dan azaz-azaz yang ada pada seni dan memiliki keterampilan khusus. Hingga, karya yang dikenalkan bukan lagi “seni sebagai imitasi” melainkan “seni sebagai keterampilan”.
Peniruan atau keserupaan yang dilakukan pada dasarnya bertujuan menghasilkan representasi bentuk semata. Karena itu istilah imitasi yang juga keserupaan dipadankan dengan representasi. Representasi adalah tampilan ulang. Bukan bentuk yang presisi. Dimana yang dikenal adalah esensi dari bentuk yang ditiru. Jadi, walaupun betuknya berbeda namun esensinya masih dikenali dan memiliki daya tariknya. Inilah hakikat seni sebagai imitasi
Hakikat tersebut sesuai dengan pendapat Plato tentang seni dimana hal utama dalam dalam seni dan keindahan adalah ide. Ide merupakan trasenden dan hanya bisa dijangkau melalui “kemampuan menalar secara dialektis”. Plato menginginkan agar seni tidak hanya sekedar mengimitasi melainkan realitas agar seniman tidak hanya dikenal sebagai peniru dari tiruan. Untuk itu menurutnya seni harus mampu menghadirkan ide bentuk karya seni.
TERIMAKASIH
Nama: Latika Umaeroh
ReplyDeleteNo absen: 11
Kelas: R3A
Rangkuman Teori Plato tentang Seni
Plato menyebutkan bahwa seni sebagai bentu mimesis atau imitasi, yang mana berarti seni adalah proses produktif meniru alam. Pada dasarnya Plato tidak menyukai seni yang mimesis tanpa adanya perenungan di dalamnya. Jadi dalam membuat seni tidak hanya meniru tetapi harus ada perenungan yang mana akan menjadi ide sehingga menghasilkan sebuah karya seni.
Sebagai contoh: pada sebuah pohon diproduksi mejadi kayu, lalu seorang seniman mengubahnya dengan menjadikan kayu tersebut seperti:kursi, meja, dll. Hal tersebut tidak akan menjadi seni lagi jika produk tersebut diperbanyak.
22_Agung Pranoto Jati
ReplyDeleteSeni sebagai Mimesis
Menurut plato, sebuah karya bukan lagi disebut dengan karya jika benda/karya yang dihasilkan memiliki jumlah yang banyak. Hanya karya pertamalah yang ia sebut sebagai karya.
Terciptanya sebuah karya adalah dengan sebuah peniruan yang didalamnya memiliki proses perenungan dan sebuah ide, yang dimana itu semua berasal dari alam.
Plato berkata seni adalah sebuah imitasi semata dikarenakan setiap karya seni berasal dari alam semesta
Seni > imitasi > dari alam > ide. > perenungan > karya seni
Ita Puspita sari
ReplyDeleteAbsen : 33
Mimesis
Menurut plato seni itu imitasi dari bentuk alam tetapi tidak di tuangkan secara sama seperti apa yang kita lihat di alam langsung, tetapi dengan cara di ubah bentuknya berdasarkan renungan dan juga ide dari si pembuat karya, Menurutnya juga seni yang meniru tanpa adanya perenungan dan juga ide tidak dapat di katakan sebuah karya.
Teori yang mengatakan seni merupakan tiruan obyek atau benda yang ada di alam dan sudah ada sebelumnya, merupakan pengertian dari teori mimesis. Mimesis dikemukakan oleh seorang filsuf ternama dunia bernama Plato. Ia menggunakan istilah "mimesis" sebagai bentuk representasi atau imitasi.
ReplyDeleteTeori mimesis berpandangan bahwa karya seni maupun karya sastra merupakan bentuk tiruan alam atau kehidupan manusia. Plato berpendapat bahwa semua manusia yang ada di dunia nyata ini merupakan tiruan dari dunia gagasan.
Nama : Fathimah Azzahra
Kelas : RA3
No absen 24
Muhammad Riyan Ramdani
ReplyDelete202146500014
TEORI PLATO;
SENI sebagai MIMESIS
Plato menempatkan seni (yang sekarang dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai suatu produk imitasi (mimesis). Karya imitasi (seni) tersebut harus memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat.
Pengertian seni sebagai imitasi
Imitasi (dalam bahasa inggris) disebut dengan “imitation”, dalam bahasa indonesia “peniruan” yang berarti membuat bentuk baru yang sama dengan bentuk asal yang ditiru. Keberhasilan meniru diukur sejauh mana hasil peniruan mencapai kesaamaan.
Peniruan atau keserupaan yang dilakukan pada dasarnya bertujuan menghasilkan representasi bentuk semata. Representasi adalah tampilan ulang. Bukan bentuk yang presisi. Dimana yang dikenal adalah esensi dari bentuk yang ditiru. Jadi, walaupun bentuknya berbeda namun esensinya masih dikenali dan memiliki daya tariknya. Inilah hakikat seni sebagai imitasi
Hakikat tersebut sesuai dengan pendapat Plato tentang seni dimana hal utama dalam seni dan keindahan adalah ide. Plato menginginkan agar seni tidak hanya sekedar mengimitasi melainkan realitas agar seniman tidak hanya dikenal sebagai peniru dari tiruan. Untuk itu menurutnya seni harus mampu menghadirkan ide bentuk karya seni.
Sebuah perenungan untuk menghasilkan ide agar menciptakan sebuah karya seni dari hasil peniruan ( alam ).
Seperti contoh pohon dipotong menjadi kayu, lalu seorang seniman melihat dan merenungkan kayu tersebut, sehingga menimbulkan ide, ide untuk merubah kayu menjadi kursi, meja dan lain sebagainya, itu yang dimaksud oleh Plato, Seni sebagai Mimesis
Nama : Hana Priskila Angelique
ReplyDeleteKelas : R3A
No. Absen : 47
• Menurut Plato karya seni adalah sesuatu bukan yang sudah ada imitasinya atau di perbanyak, tetapi sesuatu yang baru yang berasal dari alam atau plato berpendapat tentang seni dan keindahan adalah ide yang hanya bisa dijangkau melalui kemampuan menalar secara dialektis, Plato menginginkan agar seni tidak hanya sekedar mengimitasi melainkan realita.
Contohnya : ada satu pohon, lalu seseroang menjadikan pohon itu sebagai kayu, lalu seorang yang lain menjadikan kayu itu sebagai kursi/meja dan itu yang di maksud karya seni, namun apa diperbanyak itu adalah imitasi.
• seni harus mampu menghadirkan ide bentuk karya seni, untuk itu pengertian seni sebagai imitasi dapat dilihat dari fungsinya.
• dunia seni tradisional imitasi dilakukan untuk pelestarian budaya.
Nama :Refani Kirana Putri
ReplyDeleteNPM 202146500018
SENI sebagai MIMESIS
Plato menempatkan seni sebagai suatu produk imitasi . Sebenarnya secara prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama, yaitu membuat pendapat bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam.
Namun, kreasi yang dilakukan tidak menyentuh hal yang paling esensial dalam seni tradisional. Yaitu standar seni yang ditetapkan oleh pakem.
Seni non tradisional, merupakan seni yang tidak terikat oleh pakem. Hingga, karya yang dikenalkan bukan lagi seni sebagai imitasi, melainkan seni sebagai keterampilan. Hakikat tersebut sesuai dengan pendapat Plato tentang seni dimana hal utama dalam dalam seni dan keindahan adalah ide.
Nama : Nabila Yunidar
ReplyDeleteNo absen : 39
Kelas : R3A
Dari yang saya baca bisa disimpulkan bahwa menurut Pluto seni sebagai mimesis atau meniru adalah mimesis bukan hanya sekedar meniru tapi harus melalui tahapan yaitu
- pertama imitasi atau contohnya memperhatikan sekitar, alam.
- kedua setelah memperhatikan akan muncul IDE
- ketiga perenungan, ide yang sudah didapat lalu direnungkan akan menjadi sebuah karya apa ide tersebut
- keempat terciptalah ide tersebut
Jadi menurut plato meniru bukan hanya sekedar karya tapi harus memiliki ide dan perenungan, jika hanya meniru sebuah karya yang ada lalu diperbanyak itu namanya bukan pembuat seni tapi tukang .
Lalu sebuah karya yang dapat ditiru persis adalah seni tradisional (hak paten) tidak bisa diubah. kelestariannya dapat diubah asal tidak merubah asensinya (walaupun peniruannya sedikit berubah tapi jika diliat kita masih bisa mengenalinya dengan bentuk yang sama dan masih memiliki makna yang sama)
Nama: Aufa Krisna Nugroho
ReplyDeleteNo Absen: 32
Kelas: R2A
• Menurut palto sebuah seni itu adalah sebuah imitasi (mimesis) dari sebuah alam.
• Seni menurut plato bukan lah yang sama dengan alam, melainkan seni itu harus ada idenya
• Seni juga melewati renungan lalu baru munculah ide
• Rangkaian proses seni menurut plato sebagai berikut: dari alam melalui proses renungan, lalu munculah ide dan ide tersebut di realisasaikan menjadi karya.
• Namun menurut plato jika sebuah karya, yang tadinya hanya satu namun di perbanyak itu bukanlah sebuah karya lagi, dan orang yang membuat imitasinya itu bukan lah sebuah seniman melainkan sebuah tukang.
• Permisalan dari proses seni yang plato maksud adalah:
Seseorang melihat sebuah pohon lalu orang tersebut mengolahnya menjadi sebuah potongan kayu dan di bentuk menjadi kursi, dan kursi tersebut adalah satu-satunya kursi yang ada. Maka, kursi tersebut adalah sebuah karya seni.
• Namun di dunia seni tradisional peniruan bukanlah sebuah pelanggaran, melainkan tetap berupa seni yang bertujuan pelestarian budaya.
• Menurut Aristoteles dalam seni tidak apa adanya imitasi asalkan ada manfaatnya
maaf ibu saya salah menulis nama kelas, maksud saya R3A. terimakasih
DeleteNama : Adinda Fatimah Putri W
ReplyDeleteNo. Absen: 2
Kelas: R3A
Rangkuman Teori Plato tentang Estetika Seni
Menurut Plato, bahwa benda seni yang diciptakan para seniman merupakan tiruan benda indah yang merupakan ilusi dari ide keindahan dan juga karya seni tersebut hanyalaj sebuah ilusi dan bersifat maya. Menurut Plato juga, karya seni dapat membutakan akal sehatnya. Plato juga berpendapat bahwa menurutnya karya Seni yang asli hanyalah Musik.
Plato juga menginginkan agar seni itu tidak hanya sekedar mengimitasi atau meniru tetapi harus mampu menghadirkan ide bentuk karya seni
Nama: Alfian Hadi Riyanto
ReplyDeleteNo Absen: 42
- Menurut palto seni bukan yang sama dengan alam. Plato menginginkan perenuang terlebih dahulu agar mendapatkan ide bukan sekadar meniru, karena tanpa ada renungan tidak dapat di katakan sebuah karya. Seni yang di buat dari alam lalu di representatif tetapi ada penambahan objek, itu bukan seni lagi
Dennise Quinines Agatha Latupeirissa
ReplyDeleteno absen : 27
Berdasarkan pandangan Plato mengenai konsep Idea tersebut, Plato sangat memandang rendah seniman dan penyair. Pandangan tersebut muncul karena mimesis yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan hanya akan menghasilkan khayalan tentang kenyataan dan tetap jauh dari ‘kebenaran’.
Menurut Plato
•Mimesis hanya terikat pada ide pendekatan. Tidak pernah menghasilkan hal yang sungguhan
•Mimesis hanya mampu menyarankan tataran yang lebih tinggi.
•Mimesis yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan tidak mungkin mengacu secara langsung terhadap dunia ideal.
Hal itu disebabkan pandangan Plato bahwa seni dan sastra hanya mengacu kepada sesuatu yang ada secara faktual.
Nama : Yonen Gilang Persada
ReplyDeleteNPM : 201946500046
R3A
Teori plato menurut pandangan dan pemikiran saya adalah konsep pemikiran yang realistis dalam segi seni, ada beberapa yang saya setujui kalau alam semesta adalah hasil seni paling luar biasa, membuat suatu hasil seni dengan pandangan seni yang sudah ada memanglah meniru sesuatu yang sudah ada, penciptaan suatu karya dari hasil seni yang sudah ada bisa dibilang adalah sesuatu yang istimewa, namun menurut plato jika karya seni itu ditiru dengan jumlah yang banyak nilai seninya semakin berkurang, tetapi menurut saya jika suatu seni hanya sebatas membayangan, memvisualisasikan gagasan yang ada dalam pikiran, perkembangan seni di dunia tidak akan ada suatu perkembangan.
tidak adanya suatu kemajuan dari seni yang membuat dimana seni hanya bisa di nikmati tanpa dapat di gunakan, sedangkan menurut aristoteles seni dapat digunakan adalah suatu yang akan berkembang dikemudian hari.
kesimpulannya adalah, perbedaan antara dua pendapat filsuf sama-sama bagus, tetapi kembali lagi ke pemikiran manusia yang dimana setiap kepala mempunyai pemikirannya masing-masing, dengan penggabungan antara dua pendapat di atas, hingga saat ini kedua pemikiran tentang seni tersebut di visualisasikan dengan sangat baik hingga saat ini, dengan gagasan yang baru dapat membuat sesuatu yang baru, dengan adanya karya seni dari gagasan yang sudah ada juga dapat di kembangan lebih baik dan lebih fleksibel kedepannya.
contoh sebuah kamera, yang dimana awal gagasan dalam desain bentuk kemudian menjadi hasil karya seni yang sulit ditiru, hingga akhirnya ada suatu pemikiran yang dapat meniru dan mengembangkan desainnya untuk kemudian dapat di bawa dengan desain yang lebih kecil, dan sampai sekarang desain pada kamera selalu di kembangan hingga saat ini bisa masuk kedalam kantung celana
Nama : Revanina Rifdah
ReplyDeleteNPM : 202146500065
Rangkuman
Berdasarkan Teori Plato "Seni sebagai Mimesis" seni adalah sebagai produk imitasi. Imitasi sendiri berarti membuat bentuk baru yang sama dengan bentuk asal yang ditiru. Peniruan dilakukan pada dasarnya bertujuan menghasilan representasi bentuk semata, representasi -> tampilan ulang, bukan bentuk yang presisi.
Jadi meskipun bentuknya berbeda namun esensinya masih dikenal, dan ada daya tarik (hakikat seni sebagai mimesis)
Dalam teori Plato, ia mengiginkan agar seni tidak hanya sekedar mengimitasi tapi ada realitas agar seniman tidak dianggap peniru.
Mimesis berasal dari bahasa Yunani, yang artinya ‘Imitasi’, ‘copy’ , ‘representasi’, ditemukan di mana-mana di filsafat seni dan memiliki representasi bermacam-macam.
ReplyDeleteImitasi (dalam bahasa inggris) disebut dengan “imitation”, dalam bahasa indonesia “peniruan” yang berarti membuat bentuk baru yang sama dengan bentuk asal yang ditiru. Keberhasilan meniru diukur sejauh mana hasil peniruan mencapai kesaamaan
Seniman menciptakan gambar berdasarkan kenyataan yang bisa diindrai, yang nyata.
Peniruan atau keserupaan yang dilakukan pada dasarnya bertujuan menghasilkan representasi bentuk semata.
RAFIF ATHALLAH ARDANA
202146500019
Muhamad Raihan Prasetyo
ReplyDeleteno Absen 26
-rumusan seni sebagai Mimesis/Imitasi yg berarti membentuk bentuk baru yang sama dengan bentuk asal yang ditiru dari alam.
-Plato meninginkan agar seni tidak hanya sekedar mengimitasi melainkan agar seniman tidak hanya dikenal sebagai peniru dari sebuah tiruan sehingga seni harus melalu proses perenungan sehingga mampu menghadirkan ide bentuk karya seni
Nama : Fachri Muzhaffar
ReplyDeleteNpm : 202146500085
No Absen : 51
Teori Plato
SENI sebagai MIMESIS
Plato menempatkan seni sebagai suatu produk imitasi . Aristoteles memandang estetika
sebagai "the poetics" yang merupakan kontribusi terhadap teori sastra dari pada teori estetika. Aristoteles juga mengebangkan teori teori "chatarsis" sebagai suatu serangan kembali terhadap pendapat plato.
Untuk itu pengertian seni sebagai imitasi dapat dilihat berdasarkan fungsi imitasi dalam seni. Di dunia seni tradisional imitasi yang merupakan peniruan dilakukan untuk pelestarian budaya dan pengembangan budaya. Namun, kreasi yang dilakukan tidak menyentuh hal yang paling esensial dalam seni tradisional. Yaitu standar seni yang ditetapkan oleh pakem.
Seni non tradisional, merupakan seni yang tidak terikat oleh pakem. Dimana dalam upaya peniruan seseorang seniman harus menerapkan teori dan azaz-azaz yang ada pada seni dan memiliki keterampilan khusus. Hingga, karya yang dikenalkan bukan lagi «seni sebagai imitasi» melainkan «seni sebagai keterampilan». Hakikat tersebut sesuai dengan pendapat Plato tentang seni dimana hal utama dalam dalam seni dan keindahan adalah ide.
Plato menginginkan agar seni tidak hanya sekedar mengimitasi melainkan realitas agar seniman tidak hanya dikenal sebagai peniru dari tiruan. Untuk itu menurutnya seni harus mampu menghadirkan ide bentuk karya seni.
Firly Ariady
ReplyDeleteNo absen 30
Npm : 202146500049
Teori Plato : SENI sebagai MIMESIS
1. Menurut Plato, Ia memiliki pandangan kalau suatu karya seni yang indah tercipta karena adanya proses imitasi, ia menyimpulkan bahwa karya seni adalah karya imitasi.
2. Karya imitasi (seni) tersebut harus memiliki keteraturan yang tepat mksdnya dengan ukuran proporsi yang tepat.
3. Menurut Plato objek atau referensi yang ditiru untuk menciptakan sebuah seni adalah Alam sekita.
4. Menurut Plato dalam menciptakan sebuah karya seni (imitasi) harus melalui proses yang cukup panjang.
5. Proses tersebut adalah :
1. menemukan objek objek di lingkungan alam sekitar
2. mengamati /merenungkan objek tersebut. 3.menuangkan ide karya seni dari objek tersebut
dengan cara meniru struktur objeknya.
4. menciptkan karya (seni) dari objek tersebut.
5. lalu yang terakhir berusaha mencari esensial dari karya seni tersebut.
6. Jadi kesimpulannya, teori seni sebagai imitasi yang Plato maksud ialah : Jika kita ingin menciptakan suatu karya seni, kita boleh meniru atau mengambil referensi dari alam sekitar, namun dalam proses peniruan tersebut kita harus merenungi untuk menciptakan sebuah ide, bukan hanya memperbanyak saja.
Menurut Plato, seni merupakan hasil tiruan alam. Itu berarti pencipta karya seni mengambil inspirasi dari alam untuk kemudian dituangkan dalam sebuah karya.
ReplyDeletesecara prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama, yaitu membuat pendapat bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam.Rumusan “seni sebagai imitasi” atau art as imitation sebagaimana dideskripsikan oleh Whickiser (1957) mengandung pengertian “imitasi adalah identitas seni”
Peniruan atau keserupaan yang dilakukan pada dasarnya bertujuan menghasilkan representasi bentuk semata. Karena itu istilah imitasi yang juga keserupaan dipadankan dengan representasi. Representasi adalah tampilan ulang. Bukan bentuk yang presisi.
seni adalah hasil tiruan alam. Pandangan ini menganggap bahwa suatu karya seni merupakan tiruan obyek atau benda yang ada di alam atau karya yang sudah ada sebelumnya.
Nilai keindahan pada suatu karya seni didasarkan pada kesan keindahan yang ada di alam. seni juga merupakan segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah, sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia
Nama : Lis Maniar Bali
ReplyDeleteNo.absen : 14
Mimesis artinya adalah meniru. Contoh: pakem, sebuah karya yang tidak bisa diubah kelestariannya (boleh dirubah asal tidak merubah bentuk awal (esensi).
Menurut Plato imitasi dari alam harus memiliki ide/perenungan untuk membuat karya, jadi tidak hanya sebatas karya.
Plato > alam > imitasi > ide > perenungan > karya seni
Contoh: alam (pohon > kayu > kursi,ranjang,meja,dll. Hasil pertama adalah hasil dari ide yang disebut seni)
Setelah banyak yang membuat,menurut plato itu bukanlah termasuk seni melainkan hanya sebuah peniruan biasa atau disebut dengan tukang.
Ratna Herawati (44)
ReplyDelete202146500066
Pandangan Plato Mengenai Seni Memesi
1. Tidak ada hal yang benar" diciptakan oleh pikiran sendiri, semua hal pasti ada referensi nya, dan terngantung bagaimana mereka berkreasi dengan idenya.
2. Seni imitasi juga harus memiliki teori dan asas yang terdapat di dalamnya.
3. Hal utama dalam seni adalah sebuah ide yang hanya bisa dijangkau melalui kemampuan menalar secara dialektis.
Nama : Kriatin
ReplyDeleteNpm : 202146500002
Kelas : R3A
No.absen : 7
Rangkuman Teori Plato
Teori mimesis berpandangan bahwa karya seni maupun karya sastra merupakan bentuk tiruan alam atau kehidupan manusia.
Plato berpendapat bahwa semua manusia yang ada di dunia nyata ini merupakan tiruan dari dunia gagasan. Adapun dunia tersebut berisikan gagasan mengenai manusia.
Begitu pula halnya dengan benda-benda yang bisa kita jumpai dalam kehidupan saat ini, seperti meja, pohon, kursi, bunga, dan sebagainya, juga merupakan tiruan dari dunia gagasan tersebut.
Muhammad rizki
ReplyDeleteDKV R3A
18
Menurut teori pluto
Di dunia seni tradisional imitasi yang merupakan peniruan dilakukan untuk pelestarian budaya dan pengembangan budaya. Proses ini merupakan sebuah kreasi tradisional. Namun, kreasi yang dilakukan tidak menyentuh hal yang paling esensial dalam seni tradisional. Yaitu standar seni yang ditetapkan oleh pakem.
Seni non tradisional, merupakan seni yang tidak terikat oleh pakem. Dalam hal ini imitasi mempunyai pengertian sendiri. Dimana dalam upaya peniruan seseorang seniman harus menerapkan teori dan azaz-azaz yang ada pada seni dan memiliki keterampilan khusus. Hingga, karya yang dikenalkan bukan lagi “seni sebagai imitasi” melainkan “seni sebagai keterampilan”.
Nama : Rista Khairunnisa
ReplyDeleteAbsen : 35
Teori Plato terkait seni sebagai Mimesis.
Seni menurut Plato adalah suatu hal yang tercipta bukan hanya indah melainkan karya tersebut berupa mimesis/imitasi yakni tiruan. Karya imitasi haruslah memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat.
Imitasi merupakan peniruan yang berarti membuat bentuk baru yang sama dengan bentuk asal yang ditiru. Keberhasilan meniru diukur sejauh mana hasil peniruan mencapai kesamaan.
Menurut Plato suatu karya dapat disebut seni apabila karya tersebut melalui proses dan ide-ide. Tidak hanya meniru sesuatu yang ada di alam, melainkan mempelajari dan memodifikasinya sehingga tercipta sebuah karya seni baru yang memiliki nilai fungsi dan guna. Sebagai contoh kayu yang diolah oleh seniman menjadi sesuatu yang bernilai guna, seperti meja, kursi, pintu dan sebagainya.
kemas fachriyan ilmi
ReplyDelete202146500030
absen :19
teori plato
Seni sebagai MIMESIS
Plato menempatkan seni (yang sekarang dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai suatu produk imitasi (mimesis). Karya imitasi (seni) tersebut harus memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat.
Mimesis merupakan bagian integral dari hubungan antara seni dan alam, dan hubungan yang mengatur karya seni itu sendiri.Michael Taussig menggambarkan fakultas mimetik sebagai "sifat yang digunakan budaya untuk menciptakan sifat kedua, fakultas untuk menyalin, meniru, membuat model, mengeksplorasi perbedaan, menghasilkan dan menjadi Lainnya
Aristoteles memandang estetika sebagai “the poetics” yang merupakan kontribusi terhadap teori sastra dari pada teori estetika. Sebenarnya secara prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama, yaitu membuat pendapat bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam
seni>plato>imitasi>dari alam>ide> perenungan>karyaseni
Nama : Dwi Setio nugroho
ReplyDeleteNpm : 202146500008
No. absen : 8
Aristoteles memandang estetika sebagai the poetics yang merupakan kontribusi terhadap teori sastra dari pada teori estetika. Aristoteles juga mengembangkan teori chatarsis sebagai suatu serangan kembali terhadap pendapat plato.
untuk itu pengertian seni sebagai imitasi dapat dilihat berdasarkan fungsi imitasi dalam seni.
Di dunia seni tradisional imitasi yang merupakan peniruan dilakukan untuk pelestarian budaya dan pengembangan budaya.
Seni non tradisional, merupakan seni yang tidak terikat oleh pakem. Dalam hal ini imitasi mempunyai pengertian sendiri. Dimana dalam upaya peniruan seseorang seniman harus menerapkan teori dan azaz-azaz yang ada pada seni dan memiliki keterampilan khusus. Karena itu istilah imitasi yang juga keserupaan dipadankan dengan representasi. Representasi adalah tampilan ulang.
Nama : Luhur pambudi
ReplyDeleteAbsen: 49
Menurut plato seni merupakan proses meniru produktif alam seni. Rumusan seni sebagai imitasi yaitu peniruan bertujuan menghasilkan representasi semata. Representasi adalah tampilan ulang bukan bentuk yg sama atau presisi, walaupun bentuknya berbeda namun esensinya masih di kenali dan memiliki daya tariknya.
Seperti contoh seseorang melihat pohon dan di produksi menjadi kayu, lalu seniman mengubah kayu tersebut menjadi kursi, meja dll, tetapi hal tersebut tidak akan bisa di sebut seni jika di produksi begitu banyak, jadi yg dapat di sebut seni itu orng yang pertama (menemukan) mengubah kayu tersebut menjadi kurasi dan meja
Gabriela Dwi Zafanya Charoda_38
ReplyDeletePlato menekankan seni sebagai Imitasi, bahwa keindahan karya seni
Itu terletak dalam bentuk ide yang diungkapkan oleh seniman. Seniman tidak mengimitasi realita maupun alam, tetapi merepresentasikan alam atau realita itu. mimesis adalah gambaran dari apa yang memungkinkan, jadi hasil karya seni tersebut bisa juga menjadi tidak realistis.
Sukma fajar pebriansyah putra
ReplyDeleteAbsen : 50
R3A
Aristoteles dan Plato berpandangan sama, yaitu membuat pendapat bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam.
Rumusan “seni sebagai imitasi” atau art as imitation sebagaimana dideskripsikan oleh Whickiser (1957) mengandung pengertian “imitasi adalah identitas seni”
Imitasi dalam bahasa indonesia “peniruan” yang berarti membuat bentuk baru yang sama dengan bentuk asal yang ditiru. Keberhasilan meniru diukur sejauh mana hasil peniruan mencapai kesaamaan.
Dalam seni tradisional imitasi yang merupakan peniruan dilakukan untuk pelestarian budaya dan pengembangan budaya. Proses ini merupakan sebuah kreasi tradisional.
Peniruan atau keserupaan yang dilakukan pada dasarnya bertujuan menghasilkan representasi bentuk semata. Karena itu istilah imitasi yang juga keserupaan dipadankan dengan representasi. Representasi adalah tampilan ulang. Bukan bentuk yang presisi. Dimana yang dikenal adalah esensi dari bentuk yang ditiru. Jadi, walaupun betuknya berbeda namun esensinya masih dikenali dan memiliki daya tariknya. Inilah hakikat seni sebagai imitasi
contoh ada sebuah pohon lalu seorang seniman melihat dan merenungkan kayu tersebut, sehingga menimbulkan ide, ide untuk merubah kayu menjadi kursi, meja dan lain sebagainya, itu yang dimaksud oleh Plato, Seni sebagai Mimesis
Nama : Srikandi Anggrahini
ReplyDeleteAbsen : 34
Teori Plato
Plato menempatkan seni sebagai suatu produk tiruan. Peniruan yang dimaksud ini ialah peniruan yang melalui proses perenungan yang menghasilkan sebuah ide yang dikembangkan dan menghasilkan sebuah karya seni.
Peniruan yang dilakukan semata mata hanya ingin mendapatkan hasil representasi bentuk semata yang akan dikembangkan kembali. Representasi bentukpun tidak presisi, jadi hanya mengambil esensi dari bentuk tersebut dan masih memiliki daya tarik.
Nama : Kevin Krisna Bayu
ReplyDeleteNo absen 25
R3A
- Plato menganggap seni sebagai produk imitasi atau peniruan (mimesis) jadi misalkan ada sebuah lukisan yang bertema pegunungan,walaupun ada yang di rekayasa namun tetap meniru sebuah karya dari tuhan.
- Imitasi dasarnya bertujuan untuk representasi bentuk semata sehingga orang mengenal bentuk tersebut walaupun ada yg sedikit diubah.
- fungsi imitasi
* Seni Tradisional
Imitasi dilakukan untuk pelestarian dan pengembangan budaya. Namun tidak menyentuh hal - hal yang esensial dalam seni tradisional.
* Seni non tradisional
Dalam hal ini seorang seniman harus memiliki keterampilan khusus untuk membuat "seni sebagai imitasi" melainkan "seni sebagai keterampilan."
fina ika widiana
ReplyDelete202146500063
No absen 41
plato mengungkapkan bahwa seni merupakan nimesis
Seniman tidak mengimitasi realita maupun alam, tetapi merepresentasikan alam atau realita itu. Menurut pandangan ini, mimesis adalah gambaran dari apa yang memungkinkan, jadi hasil karya seni tersebut bisa juga menjadi tidak realistis.
seni harus lah melalu perenungan dulu, mimikirkan segala macam tentang ide serta gagasan baru dapat diartikan sebagi seni, tidak hanya dari meniru hingga mendekati rupa dari hal yg sudah tercipta
Nama: Lucky Dharmawan
ReplyDeleteAbsen: 48
Plato melihat seni dianggap sebagai karya yang indah sebagai produk imitasi (tiruan). Imitasi (seni) harus memiliki urutan dan proporsi yang benar.
Aristoteles melihat estetika sebagai "puisi" kontribusi teori sastra daripada teori estetika. Padahal, pada prinsipnya, Aristoteles dan Plato memiliki pandangan yang sama bahwa seni adalah proses produksi yang meniru alam.
Nama: Dwi dharmaji akbar
ReplyDeleteNo absen: 21
Npm: 202146500032
Plato menempatkan seni sebagai suatu produk imitasi. Karya imitasi tersebut harus memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat. Aristoteles memandang estetika sebagai “the poetics” yang merupakan kontribusi terhadap teori sastra dari pada teori estetika. secara prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama, yaitu membuat pendapat bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam. Yang dimaksud meniru alam yaitu sebagai contoh ketika ada seniman menemukan satu pohon dan kayu dari pohon tersebut dijadikan suatu karya yang dijadikan Bangku,Lemari,Meja dan karya karya lain nya. Imitasi disebut dengan “imitation”, dalam bahasa indonesia “peniruan” yang berarti membuat bentuk baru yang sama dengan bentuk asal yang ditiru. Keberhasilan meniru diukur sejauh mana hasil peniruan mencapai kesaamaan. Peniruan atau keserupaan yang dilakukan pada dasarnya bertujuan menghasilkan representasi bentuk semata. Karena itu istilah imitasi yang juga keserupaan dipadankan dengan representasi. Representasi adalah tampilan ulang. Bukan bentuk yang presisi. Dimana yang dikenal adalah esensi dari bentuk yang ditiru. Jadi, walaupun betuknya berbeda namun esensinya masih dikenali dan memiliki daya tariknya. Inilah hakikat seni sebagai imitasi
Hakikat tersebut sesuai dengan pendapat Plato tentang seni dimana hal utama dalam dalam seni dan keindahan adalah ide. Ide merupakan trasenden dan hanya bisa dijangkau melalui “kemampuan menalar secara dialektis”. Plato menginginkan agar seni tidak hanya sekedar mengimitasi melainkan realitas agar seniman tidak hanya dikenal sebagai peniru dari tiruan. Untuk itu menurutnya seni harus mampu menghadirkan ide bentuk karya seni. Contoh dari Seni imitasi yaitu Ketika seniman membuat karya dengan Ide nya sendiri menggunakan kayu yang dari pohon lalu dibuat bangku dan lain nya lalu di cetak ulang atau diproduksi dengan lebih banyak lagi.
Nadia oktaafianti
ReplyDelete202146500015
r3a
menutut plato istilah mimesis adalah meniru seorang seniman dianggap menjiplak alam atau meniru alam, karya seniman dianggap pula karya kedua karena karya yang alami adalah diciptakan oleh tuhan, sudah ada dilingkunga seniman. plato mengatakan seni bukan sekedar meniru atau menjiplak tetapi menuangkan ide didalamnya, plato juga beranggapan bahwa karya seni yang murni adalah seni yang pertama, jika karya itu diperbanyak itu bukan lg disebut karya seni, tetapi pandangan plato tentang mimesis di luruskan oleh aristoteles, aristoteles mengatakan bahswa secara mekanis meniru tidak sama dengan menjiplak, meniru adalah awal untuk belajar dan menambah pengetahuan, meniru adalah sifat manusia yang telah tertanam dalam kodrat dan tabiat manusia. lalu menurut buku ilmu seni yang saya baca peniruan sebuah karya terhadap keberadaan alam juga dibahas oleh kaum romantik, realisme dan naturalisme, menurut mereka seni bukan hanya meniru alam dan realitas objek semata mata, tetapi seniman menciptakan karya seni yang memiliki makna intelektual, mereka juga berpendapat seni adalah cara istimewa untuk melihat alam, kenyataan objektif direpresentasikan dalam suatu proses realitas, yakni setelah dibentuk berdasarkan makna dan strukturnya
Nama milarni Simanjuntak
ReplyDeleteKelas R3a
Npm 202146500001
Dunia seni tradisional merupakan peniruan dilakukan untuk pelestarian budaya dan pengembangan budaya, proses ini merupakan sebuah kreasi tradisional namun kreasi yang di lakukan tidak menyentuh hal yang paling esensial dalam seni tradisional,yaitu standar seniSeni non tradisional merupakan seni yang terikat oleh pakem ,dalam hal ini imitasi mempunyai pengertian sendiri di mana dalam upaya peniruan seseorang seniman harus menerapkan teori dan asas-asas yang ada pada seni dan memiliki keterampilan khusus hingga karya yang dikenalkan bukan lagi seni sebagai imitasi melainkan seni sebagai keterampilan Plato menempatkan seni yang sekarang dianggap sebagai suatu karya indah sebagai suatu produk imitasi mimesis karya imitasi tersebut harus memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat Aristoteles memandang estetika sebagai yang merupakan kontribusi terhadap teori sastra daripada teori estetika. Aristoteles juga mengembangkan teori chatarsis sebagai suatu serangan kembali terhadap pendapat Plato
antariksa dipa prabaswara
ReplyDeleteabsen 12
SENI sebagai MIMESIS
Plato menempatkan seni sebagai suatu produk imitasi . Sebenarnya secara prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama, yaitu membuat pendapat bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam.
Sebelumnya kita pahami dulu imitasi itu apa?
Untuk itu pengertian seni sebagai imitasi dapat dilihat berdasarkan fungsi imitasi dalam seni. Di dunia seni tradisional imitasi yang merupakan peniruan dilakukan untuk pelestarian budaya dan pengembangan budaya. Namun, kreasi yang dilakukan tidak menyentuh hal yang paling esensial dalam seni tradisional. Yaitu standar seni yang ditetapkan oleh pakem.
Seni non tradisional, merupakan seni yang tidak terikat oleh pakem. Dimana dalam upaya peniruan seseorang seniman harus menerapkan teori dan azaz-azaz yang ada pada seni dan memiliki keterampilan khusus. Hingga, karya yang dikenalkan bukan lagi «seni sebagai imitasi» melainkan «seni sebagai keterampilan». Hakikat tersebut sesuai dengan pendapat Plato tentang seni dimana hal utama dalam dalam seni dan keindahan adalah ide.
Plato menginginkan agar seni tidak hanya sekedar mengimitasi melainkan realitas agar seniman tidak hanya dikenal sebagai peniru dari tiruan. Untuk itu menurutnya seni harus mampu menghadirkan ide bentuk karya seni.
Nama: Atallah Zahran Wardhana
ReplyDeleteNPM: 202146500024
No Absen: 17
R3A
1. Aristoteles: Estetika sebagai “the poetics” merupakan kontribusi terhadap teori sastra dari pada teori estetika.
2. Plato: Seni dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai suatu produk imitasi (mimesis).
3. Imitasi: membuat bentuk baru yang sama dengan bentuk asal yang ditiru
4. Dalam pandangan Plato Seni tidak harus menirukan sesuatu dari alam tetapi di inovasikan menjadi sesuatu hal yg baru atau berbeda dari asalnya.
Rian Nopriansyah
ReplyDeleteNo. Absen : 31
DKV R3A
Seni Sebagai Mimesis
Menurut plato, seni itu sebagai bentuk mimesis atau imitasi dari proses peniruan. Imitasi yang diartikan dalam bahasa Indonesia yang berarti "Peniruan"adalah membuat bentuk yang baru tetapi sama dengan bentuk asal yang ditiru. Tetapi menurut Plato, sebuah seni yang di imitasi tanpa adanya perenungan dalam prosesnya bukanlah sebuah karya.
Imitasi dalam seni di dunia seni tradisional bertujuan untuk melestarikan budaya dan juga pengembangan budaya.
Nama : Nanang Suciana
ReplyDeleteNpm : 202046500631
Kelas : R3A
Matkul : Filsafat Seni
Rangkuman teori plato
Plato menggunakan “mimesis” sebagai bagian dari “representasi” atau “imitasi”. Aristoteles melihat mimesis itu lebih dari sekedar imitasi terhadap realita. Menurutnya konsep ini merujuk pada representasi dari tipe-tipe dan tindakan manusia pada umumnya daripada imitasi dari alam.
Seniman tidak mengimitasi realita maupun alam, tetapi merepresentasikan alam atau realita itu. Menurut pandangan ini, mimesis adalah gambaran dari apa yang memungkinkan, jadi hasil karya seni tersebut bisa juga menjadi tidak realistis.
Sulton Aulia Urrohman
ReplyDelete202146500046
"Teori Plato Tentang Seni sebagai Mimesis"
Menurut teori Plato, seni yang sekarang dianggap sebagai suatu karya yang indah merupakan suatu produk imitasi (mimesis). Secara prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama, yaitu membuat pendapat bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam.
Karena itu istilah imitasi yang juga keserupaan dipadankan dengan representasi. Representasi merupakan tampilan ulang dan bukan bentuk yang presisi, dimana yang dikenal adalah esensi dari bentuk yang ditiru. Jadi, walaupun betuknya berbeda akan tetapi esensinya masih dikenali dan memiliki daya tarik, maka inilah Hakikat Seni sebagai Imitasi (Mimesis).
Ryan Hamid Agustian
ReplyDelete202146500038
menurut plato seni itu adalah mimesis yang berarti tiruan, membuat bentuk baru tetapi sama dengan bentuk aslinya. Meskipun Plato cenderung merendahkan nilai karya seni yang hanya dipandang sebagai tiruan dari tiruan, namun dalam pandangannya tersebut tersirat adanya hubungan antara karya seni dengan masyarakat (kenyataan). Apa yang tergambar dalam karya seni (terutama sastra), memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi dalam masyarakat.
Muhamad Turmiji
ReplyDelete202146500059
R3A
Filsafat Seni
Plato berpendapat seni adalah mimesis/imitasi. Menurutnya lagi, mimesis tanpa adanya sebuah kontemplasi bukanlah sebuah karya.
Imitasi juga dipadankan dengan representasi— representasi ulang bentuk tanpa mengutamakan simetris-asimetrisnya pada sebuah bentuk, melainkan lebih kepada esensi dari bentuk yang ditiru. Sehingga memiliki nilai tersendiri bagi mereka yang menikmatinya. Maka inilah hakikat seni sebagai imitasi/mimesis.
Annisa Desta Rendi
ReplyDelete202146500725
Plato menempatkan seni (yang sekarang dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai suatu produk imitasi (mimesis).
Di dunia seni tradisional imitasi yang merupakan peniruan dilakukan untuk pelestarian budaya dan pengembangan budaya. Proses ini merupakan sebuah kreasi tradisional. Yaitu standar seni yang ditetapkan oleh pakem.
Seni non tradisional, merupakan seni yang tidak terikat oleh pakem. Dalam hal ini imitasi mempunyai pengertian sendiri. Hingga, karya yang dikenalkan bukan lagi “seni sebagai imitasi” melainkan “seni sebagai keterampilan”.
pendapat Plato tentang seni dimana hal utama dalam dalam seni dan keindahan adalah ide. Ide merupakan trasenden dan hanya bisa dijangkau melalui “kemampuan menalar secara dialektis”. Plato ingin agar seni tidak hanya mengimitasi melainkan realitas agar seniman tersebut terkenal karena karyanya bukan hanya sebagai peniru dari tiruan.
Mohammad Noer Idham
ReplyDelete202146500070
DKV R3A
Teori Plato Tentang Seni sebagai Mimesis
Menurut teorinya, Plato berpandang bahwa seni sebagai produk mimesis (imitasi), dengan proporsi dan keteraturan yang tepat, pada prinsipnya Plato dan Aristoteles memandang seni sebagai proses produktif meniru alam.
Peniruan atau keserupaan bertujuan menghasilkan representasi bentuk semata. Representasi adalah tampilan ulang, walaupun bentuknya berbeda namun esensinya masih dikenali dan memiliki daya tariknya. Itulah hakikat seni sebagai imitasi, pada hakikatnya menurut plato hal utama tentang seni dan keindahan adalah ide, untuk itu menurut nya seni harus mampu menghadirkan ide bentuk karya seni.
Nama : Bayu Krisuta
ReplyDeleteNo absen : 47
Rangkuman dari teori Plato seni sebagai mimesis
Menurut Plato, seni/karya seni bukan lagi di bilang seni kalau memiliki jumlah yg banyak.
Terciptanya sebuah seni/karya itu terlahir dari perenungan dan ide yang terdapat di alam.
Tetapi palot membenarkan tentang mimesis kalau seni tersebut memiliki kegunaan dan manfaat bagi semua orang seperti kursi,meja,dll.